Menyatukan gelas yang retak

Tetes demi tetes air mengalir di gelas itu. Air mengalir dengan sangat lamban. Kadang gelas berisi air susu, kadang gelas berisi racun. Kesana kemari sang pemilik mencari penawarnya.

Semakin lama, semakin berisi. Bagaimana pun gelas itu harus penuh dengan air yang bermanfaat, ntah kapan selesainya.

Dengan susah payah, perjuangan yang kadang mau berakhir, yang tidak sanggup lagi pemilik untuk melewatinya.

Banyak gelas baru yang menghampiri, yang sudah penuh dengan air susu segar. Ntah itu hanya fatamorgana, ntah nyata.

Sempat tergoda dengan gelas cantik yang lain, tapi sang pemilik kembali tersadar dengan gelas lusuh lama miliknya.

Berbagai macam goncangan menghampiri gelas, sehingga tumpahlah sebagian airnya. Kadang turunlah hujan mengisi gelas dengan air yang segar.

Kini gelas lusuh itu sudah penuh. Penuh dengan air, air mata sedih dan bahagia.

Diujung jalan yang panjang, disaat tiba perayaan kemenangan atas gelas tersebut, byarrrrr....... jatuhlah gelas tersebut. Jatuh oleh orang yang seharusnya menjaga dan mengisi gelas tersebut dengan air. Ntah dia sengaja, atau tidak, gelas tersebut tetap jatuh di tangannya. Bukan pemilik.

Berserakan kacanya, retaklah ujungnya. Dengan tergopoh-gopoh sang pemilik menyusun kembali gelas tersebut. Tangannya pun terluka. Menetes darah masuk ke dalam gelas yang hanya tinggal setengah, beriringan dengan air mata.

Akankah gelas tersebut bisa utuh kembali? Akankah gelas yang retak bisa terisi dengan air bahagia sepenuh mungkin?

Kita coba dari awal. Meneruskan perjuangan yang tiada henti sampai gelas itu penuh berisi.

dr. Lidya Hapsari

Komentar

Postingan Populer