Dokter Tulip Indonesia

Tok... tok... tok.. tante dokter.. tante dokter.. baru saja aku memejamkan mata. Buyar sudah harapanku untuk mengistirahatkan sejenak mata dan badan sebelum kembali beraktifitas membuat makan siang untuk suamiku.

Bergegas ku membukakan pintu. Masuk dek.. kenapa kalian datang kesini siang-siang? Sudah pulang sekolah kah?

Waktu saat itu menunjukkan pukul 13.30 wita.

Dengan semangatnya mereka menjawab, yaa tante, kita baru pulang sekolah. Tante lagi apa? Sudah masakkah? Om pulang jam berapa? Masih lama kah om pulang? *banyak sekali pertanyaan yang mereka tanya.

Di tengah hari bolong, dimana cuaca disini sedang panas-panasnya. Jika siang, keringat bisa menetes seluruh badan (berasa sauna). Kipas angin gak bisa dinyalakan karena listrik hanya hidup pukul 17.00-00.00 wita.

Tante baru saja mau tidur siang, jawabku.

Anak-anak disini selalu datang di waktu mereka mau. Kadang pagi, kadang siang, kadang malam.

Yang mereka lakukan menemaniku ku memasak, melihat foto-foto di hp ku, atau bercerita tentang kehidupan mereka atau mereka mendengarkan cerita tentang kehidupan kami, tentang kota, tentang Jakarta.

Awalnya kami merasa enjoy saja. Tetapi kadang kami juga butuh istirahat di siang hari. Jadi kami putuskan untuk mengajak mereka bermain dan mengajar mereka di sore hari setiap pukul 17.00 wita.

Tok.. tok.. terdengar kembali suara ketukan pintu. Ayooo... om, tante, kita belajar. Datanglah beberapa orang anak SD bernama Mujan, Ifi, Sella, Keysa, Aci, Melis. Rata-rata mereka kelas 4 dan 5 SD.

Belajar apa kita hari ini adek-adek? Matematika tante, bahasa inggris tante, saut mereka sumringah.

Sebelum kita mulai belajar, kita harus berdoa dulu ya, kataku. Kalian berdoa menurut agama kalian, tante berdoa menurut agama tante. Mereka pun berdoa.

Hari ini aku mengajari mereka pelajaran matematika, mulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Beberapa dari mereka ada yang cepat menangkap pelajaran yang aku berikan. Tapi ada beberapa yang harus dengan berulang kali dijelaskan, mereka baru paham.

Aku ingin semua anak mengerti dan memahami pelajaran yang aku ajarkan. Semuanya harus bisa. Walau ada yang cepat ada yang agak lambat.

Anak-anak yang cepat mengerti, aku minta mereka untuk menyemangati teman-temannya yang belom paham.

Ternyata menjadi guru tidak segampang yang aku kira. Tetapi ada rasa puas di diriku mengajari mereka, melihat senyum mereka saat mereka mendapat nilai yang bagus dari soal-soal yang aku berikan.

Setiap mengakhiri pelajaran, aku juga meminta mereka untuk kembali berdoa, agar tiap pelajaran yang kami pelajari, akan bermanfaat.

Mereka pun berdoa menurut keyakinan mereka.

Keesokan harinya, mereka kembali datang. Dan terkadang ada anak-anak lain yang ikut belajar. Mereka silih berganti belajar ke kediaman kami.

Saya dan suamipun bergantian mengajari mereka.

Kami juga mengajari mereka bahasa inggris, mulai dari angka, warna, cara memperkenalkan diri.

Mereka sangat bersemangat. Canda tawa terlihat di wajah mereka.

Ini salah satu kebahagian kami disini. Berbagi ilmu bersama mereka. Semoga mereka manjadi anak bangsa yang pintar, yang tangguh untuk kedepannya.

Salam kami dokter "Tulip Indonesia"
(Tulus Melayani di Perbatasan Indonesia)

dr. Lidya Hapsari
dr. Aditiya Maulana Ginting

Komentar

Postingan Populer