Prosesi Pernikahan Adat Karo

Hallo, Assalamualaikum wr wb.
Kali ini saya akan berbagi pengalaman saat saya menikah kemarin menggunakan Adat Karo karena suami saya berasal dari sana dengan marga Ginting.

Sebelum saya melangsungkan pernikahan, saya diberi marga "Sitepu" karena ibu mertua saya bermarga tersebut. Sehingga seakan-akan suami menikah dengan impalnya. (Impal = sepupu dalam bahasa Karo yang dianjurkan untuk dinikahi). Eitsss tapi tetap saya bernasab pada ayah saya ya.

Sebenarnya saya tidak begitu paham mengenai adat Karo, berbagai prosesnya, dan bahasanya. Jadi saya hanya membahas secara superfisial saja.

Prosesi pernikahan adat Karo, kami diharuskan menari dan bernyanyi lagu Karo. Saya yang sebelumnya tidak pernah menari, terutama di depan calon suami, merasa sangat gugup. Alhamdulillah dengan latihan selama 1 bulan melalui youtube, dan beberapa kali diajarkan oleh saudara yang pandai menari, akhirnya saya enjoy untuk menari hehehe. Intinya tetap relax, menikmati musik, dan suasana 😁

Selain menari, saya juga harus bernyanyi. Wah ini lebih membuat saya gugup karena suara yang pas-pasan alias cempreng dan nyanyi di depan orang banyak tanpa text. Semoga gak ada yang eneg denger suara saya saat bernyanyi kemarin wkwk.

Dan yang membuat kami semangat untuk menari serta bernyanyi adalah pemberian saweran dari keluarga untuk modal hidup kami setelah menikah. Enak bukan? Hehe.

Saat prosesi Adat Karo saya menggunakan tudung kepala yang awalnya saya kira berat ternyata tidak membuat kepala saya sakit. Tudung tersebut diisi dengan beberapa koran gulung. Alhamdulillah saat memakai tudung saya tetap memakai kerudung untuk menjaga aurat saya agar tetap tertutup.

Penyatuan dua adat, dua suku, dua keluarga, dan dua insan. Semoga ini menambah pengetahuan kami tentang budaya Adat Karo yang tidak kami ketahui sebelumnya. Dan semoga ini menambah tali silahturahim dan saudara kami dari tanah Karo.

dr. Lidya Hapsari

Komentar

Postingan Populer